Selamat Datang http://alumnisma7.blogspot.com
Ikatan Alumni SMA Negeri 7 Bandar Lampung (Dulu SMA Negeri 4)

Mengkaji Peran Alumni





Oleh: Hery Yuliansyah 
          Istilah yang sekarang marak dalam dunia persekolahan adalah stakeholder — pemangku pendidikan. Istilah ini mengacu pada pihak-pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak, dengan proses pendidikan. Salah satu pemangku pendidikan yang sedang mulai digarap di beberapa sekolah dengan serius adalah ikatan alumni.  Beberapa orang kurang  memahami makna kata alumni tersebut. Dalam kosakata bahasa Inggris, ada empat kata yang mempunyai makna yang mirip, tetapi sebenarnya berbeda. Kata-kata tersebut adalah alumni, alumnus, alumnae dan alumna.
Secara harfiah, alumni berarti lulusan atau eks-mahasiswa/pelajar laki-laki (jamak). Sementara alumnus adalah lulusan atau eks-mahasiswa/pelajar laki-laki (tunggal). Kata alumnae kemudian merujuk pada lulusan atau eks-mahasiswa/pelajar perempuan (jamak). Adapun alumna adalah lulusan atau eks-mahasiswa/pelajar perempuan (tunggal).
Berbeda dengan pemaknaan dalam bahasa Inggris, kata alumni dalam bahasa Indonesia berlaku untuk laki-laki dan perempuan, jamak ataupun tunggal. Meskipun demikian, salah besar jika kata alumni hanya diartikan sebagai lulusan saja karena pada dasarnya kata alumni juga bisa berarti eks-mahasiswa atau eks-pelajar. Untuk sejumlah sekolah, khususnya perguruan tinggi, ikatan alumni bukanlah sesuatu yang baru. Keberadaannya telah mewarnai dan menorehkan jejak dalam penyelenggaraan sekolah. Bagi sekolah-sekolah tersebut, ikatan alumni menjadi bagian organik dalam pengelolaan pendidikan dan memperoleh perhatian yang serius. Sejauh mana kepentingan pembentukan ikatan alumni dan mengapa sekolah perlu memfasilitasi alumninya, berikut ini beberapa alasannya.
Pertama, alumni sebagai jejak sejarah. Kita sepakat bahwa sekolah memberikan kontribusi dalam pembentukan cara pandang, cara hidup, dan karakter peserta didik. Cara hidup inilah yang lantas dianut para alumni ketika terjun ke masyarakat. Dalam kurun waktu enam tahun di sekolah dasar, serta tiga tahun di SMP ataupun SMA, nilai-nilai yang dianut suatu sekolah terpolakan dalam diri seorang alumni. Dapat dikatakan bahwa sejarah suatu sekolah muncul salah satunya dalam diri alumni. Hal ini terkait dengan tercerminnya tata nilai yang dianut suatu sekolah dari profil alumni.
Kedua, alumni sebagai market potensial peserta didik. Disadari atau tidak, kontribusi alumni atas peserta didik cukup besar dalam mempertahankan kelangsungan sekolah. Untuk sekolah-sekolah swasta, alumni seringkali menyekolahkan anak-anak mereka ke almamaternya. Hal ini bisa dipahami sehubungan dengan ikatan emosional dan pengalaman alumni yang cukup menentukan. Sayangnya, kecenderungan dengan jumlah pilihan sekolah yang semakin banyak dan kesadaran kebutuhan pendidikan yang makin beragam, status alumni tak menjadi jaminan menyekolahkan anak-anaknya di almamater. Situasi ini tentu dapat disiasati salah satunya dengan cara menjaga hubungan emosional alumni dan almamater.
Ketiga, pasca-pengesahan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan, semakin disadari bahwa sekolah tidak bisa bergerak sendiri dalam hal penyelenggaraan sekolah. Bagi sekolah-sekolah swasta yang mengandalkan kontribusi siswa sebagai masukan terbesar bagi pengelolaan sekolah, kondisi ekonomi yang tidak menentu menyebabkan prospek sekolah menjadi tidak menentu pula. Beberapa sekolah yang tidak sanggup lagi membiayai operasional sekolah terpaksa ditutup alias bangkrut.
Dalam situasi yang tidak menentu ini, tentu peran pemangku pendidikan dengan para alumni sebagai salah satunya dapat menyelamatkan proses penyelenggaraan sekolah. Oleh karena itu, di beberapa sekolah, program beasiswa yang dikelola oleh para alumni menjadi salah satu upaya meringankan beban penyelenggaraan pendidikan. Selain kontribusi pendanaan di beberapa sekolah, alumni juga berperan penting sebagai sumber daya manusia baik sebagai tenaga pengajar maupun nara sumber.  Kelompok-kelompok ekstra kurikuler, contohnya, dapat menjadi bidang garapan para alumni sebagai bentuk dedikasi dan dukungan alumni atas almamaternya.
Tak dapat dipungkiri, setelah lepas dari sekolah atau institusi pendidikan, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk almamater kita. Setelah menyelesaikan pendidikan, seringkali kita merasa seolah terlepas dari salah satu penjara akademis yang melelahkan dan menguras otak, materi dan pengorbanan yang tidak sedikit.
Mengingat peran penting alumni dalam pengembangan almamater, sekolah atau institusi pendidikan berkepentingan untuk mengelola dan memfasilitasi para alumni untuk setia dan rindu almamaternya. Salah satu bentuk pengelolaan ini adalah dengan pengelolaan ikatan alumni. Pembentukan ikatan alumni ini dapat dianalogikan berupa praktik usaha jual-beli yang mengenal istilah after sales service.    Jika dunia usaha mengenal layanan purnajual dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal pada pembeli, sehingga ikatan pembeli dan penjual terpelihara, di dunia pendidikan pun prinsip purnajual menjadi dasar pembentukan ikatan alumni.
Prinsip tersebut salah satunya telah diterapkan oleh Universitas Cincinnati. Dengan Program mengambil keuntungan dari pengalaman dan kebijaksanaan dari para alumni, Universitas Cincinnati membawa para lulusan kembali ke kampus untuk saling berbagi kesuksesan  dan menjalin hubungan dengan para mahasiswa dan fakultas dimana mereka pernah menuntut ilmu. Melalui berbagai kegiatan dan pertemuan-pertemuan, para siswa belajar tentang "menguasai kehidupan" di luar dari ijasah, pencapaian akademis, serta surat lamaran yang menjadi bekal dari suatu kesuksesan.
Selain Universitas Cincinnati, Eva Paus, profesor ekonomi dan CLPIA  menyatakan bahwa, "Kita dapat belajar banyak melalui interaksi dengan peran alumni. Dengan waktu dan sumber daya yang terbatas, kita dapat mendatangkan suatu sejumlah besar alumni kepada kampus. Saya melihat Web sebagai satu cara yang efektif untuk menukar gagasan-gagasan antar alumni dan seluruh civitas akademika."
Masing-masing lulusan diminta untuk menyediakan satu awal pernyataan tentang pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan sebagian dari permasalahan yang tidak bisa dipisahkan dengan menjawab tiga pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan tersebut di antaranya: Bagaimana cara Anda memutuskan harus berbuat apa setelah lulus dari universitas dan bagaimana cara Anda dapat seperti hari ini? Apa yang sesungguhnya menjadi area/isu yang spesifik di mana Anda memberikan kontribusi kepada komunitas almamater Anda? dan Apa salah satu dilema paling sulit yang Anda hadapi dalam memperjuangkan komunitas almamater  Anda? Nah bagaimana dengan kita?
Alumni sebagai masyarakat yang memiliki hubungan khusus dan ikatan batin yang istimewa terhadap sekolah, tentu memiliki peranan dan tanggungjawab yang khas dan istimewa pula. Hal ini karena alumni telah merasakan dan mengalami sekian tahun menjadi keluarga sekolah, menikmati dan memperoleh layanan jasa, merasakan visi dan misi apa yang dialami dalam sekian tahun tertentu, dan merasakan kualitas macam apa yang dirasakan sehingga dapat menjadi seperti ini. Apapun yang didapat dari sekolah, tentunya memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi kehidupannya di masyarakat.
Sebagai masyarakat istimewa sesungguhnya banyak kontribusi yang dapat diberikan alumni kepada almamaternya. Kontribusi tidak hanya bersifat finansial atau materi saja, tetapi dalam konteks peningkatan mutu diperlukan sumbang saran dan pemikiran tentang berbagai macam hal yang berorientasi pada peningkatan mutu sekolah. Di antara yang dapat dilakukan adalah sumbangan pemikiran untuk mencari konsep dan cara kerja meningkatkan mutu, memberikan informasi, menghubungkan sekolah dengan pihak-pihak lain, promosi sekolah, memberikan beasiswa, dan lain sebagainya. Terpenting adalah bagaimana bantuan dan partisipasi yang diberikan tidak bersifat insidental, namun berkelanjutan.
Bagi alumni yang masih menjadi mahasiswa, sesungguhnya kontribusi yang dapat diberikan tidaklah kecil dan sedikit. Meningkatkan kepercayaan diri adik-adik, memberikan informasi Perguruan Tinggi, organisasi atau lainnya, mendampingi kelompok belajar, membantu kegiatan ekstra, menjadi fasilitator pelatihan, membantu dan mendampingi organisasi kedaerahan/perkumpulan, dan lain sebagainya. Peran-peran itu penting bagi sekolah, karena selain menjadi program, juga merupakan upaya lain dalam memberikan warna dan pemahaman berbeda tentang sekolah. Hal ini sekaligus diharapkan dapat memacu siswa untuk berprestasi, dapat menemukan orientasi belajarnya, berkontribusi untuk kader, dan tak kalah penting adalah meyakinkan siswa untuk tetap nyaman dan kerasan di sekolah.
Hubungan antara alumni dan sekolah tentunya lebih bersifat kultural dan emosional. Hubungan yang dibangun antara sekolah dan alumni pun bersifat cair dan tidak mengikat. Dengan kata lain, relasi yang terbangun adalah relasi setara yang bersendikan mutualisme dan kemanfaatan. Untuk memperkuat pola hubungan tersebut, maka diperlukan wadah organisasi alumni yang berfungsi sebagai fasilitator dan jembatan komunikasi antara sekolah dan alumni. Sekolah dengan segala keterbatasannnya melakukan komunikasi dengan alumnus satu persatu (one by one), Selain karena jumlahnya banyak, model komunikasi ini tidak efisien dan efektif. Hal ini dapat disiati salah satunya dengan adanya komunitas alumni. Komunitas ini diharapkan dapat menjalin komunikasi yang efektif dan efisien antara sesame alumni maupun alumni dengan pihak sekolah.
Selanjutnya, dapat didesain pola komunikasi melalui kegiatan formal dan informal. Kegiatan formal dapat berupa keterlibatan organisasi alumni dalam kegiatan resmi sekolah dan informal. Fokus bahasan pun dapat rancang sesuai kebutuhan dan tetap berorientasi pada peningkatan mutu sekolah dan juga pengembangan pribadi alumnus (karir, usaha, kekaderan, dll). Di samping itu, dapat pula menggunakan media lain, seperti mailing-list, tabloid, buletin, sms, dan lain-lain. Area komunikasi pun tidak terbatas pada daerah yang jangkauannya dekat dengan sekolah, tetapi diharapkan dapat menjangkau seluruh alumni yang ada di daerah atau negara lain. Sehingga kontribusi dan komunikasi alumnus dengan sekolah dapat tetap terjalin.
Kembali pada konsep purnajual sebagai analogi ikatan alumni, dapat diartikan pula bahwa sekolah dalam kepentingannya mempertahankan kelangsungan pelayanan pendidikan perlu juga mengupayakan pelayanan purna pendidikan kepada para alumninya. Bentuk-bentuk pelayanan inilah yang akan merekatkan alumni dan almamater. Tidak seperti sebaliknya, sekolah yang terkesan sebagai parasit "menggerogoti" alumni tanpa memberikan pelayanan apa pun.
Adapun bagi para alumni, ikatan alumni yang dikelola sekolah memberikan berbagai macam kemudahan dan keuntungan. Keuntungan pertama, ikatan alumni menjadi jembatan silaturahim antaralumni. Database alumni yang diperbaharui dapat membantu para alumni untuk kembali menyusuri silaturahim antaranggotanya. Kedua, jembatan silaturahim yang terbina antaralumni melalui ikatan alumni menjembatani relasi di luar almamater dengan relasi usaha sebagai contohnya. Dengan ikatan alumni berbagai kerja sama usaha dan jasa dapat terjalin sehingga masing-masing dapat saling mendukung kegiatan usaha.
Ketiga, di tengah gencarnya isu tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility), keberadaan ikatan alumni dapat menjadi wadah bagi alumni yang memiliki kewajiban CSR. Para alumni yang sukses di berbagai bidang dan terpanggil untuk berbagi tanggung jawab dalam program pemberdayaan masyarakat dapat menjadi penopang penyelenggaraan pendidikan baik pendanaan maupun pembelajaran. Sementara itu dari segi pendanaan tentu para alumni ini dapat mendukung siswa-siswa yang kurang beruntung secara finansial atau memperlengkapi sarana pendidikan almamaternya. Di bidang pembelajaran pun, para alumni ini dapat memfasilitasi para siswa dengan penyediaan tempat-tempat pembelajaran kontekstual seperti magang sehingga mereka mendapat pengetahuan dan keterampilan praktis yang tak didapat di sekolah.
Program magang tersebut, bagi alumni, dapat dijadikan program rekrutmen calon karyawan yang berpotensi. Selain itu, bentuk pembelajaran lainnya antara lain adalah alumni yang dapat berperan sebagai narasumber untuk pembelajaran profesi. Berbagai peluang yang bisa diambil oleh alumni dalam rangka pertanggungjawaban sosial korporasi pada akhirnya menjadi hubungan mutualisme antara alumni dan almamater yang dijembatani ikatan alumni.
*        Alumni 95 SMA Negeri 7 dulu ,kini tinggal di jogja  

Catatatan :Tulisan ini semoga dapat memperkaya wawasan kita, sebagai sumbangsih penulis dalam rangka Acara Ulang Tahun Perak dan Temu Alumni Akbar SMA Negeri 7 Bandar Lampung,minggu 21 -11-2010

3 komentar:

  1. Boleh jugo sih, kalau bisa blognya di buat lebih formal or bisa buat web juga,sekaligus data basenya, supaya bisa buat posting and sekaligus buat daftar /login angkatan alumnus siswa, jadi bisa tahu teman seangkatan.
    SAYA SANGAT MENDUKUNG DEDIKASI ANDA TERHADAP SMA 4/7 agar persahabatan menjadi persaudaraan tidak putus sepanjang masa VIVA SMA 7

    BalasHapus
  2. @yahya; makasih saranya , blog ini pemanasan untuk kita mem persiapkan web (dalam proses) , sekali lg terimaksih, sukses selalu.ditungu tulisan saran dankeritik serta ide2nya
    Kompak jabat erat selalu

    BalasHapus
  3. sekiranya di izinkan, saya mohon diberikan otorisasi untuk dapat memposting diblog ini juga
    ID/ email saya :yaya_kop@yahoo.com

    BalasHapus